Sudah sejak lama saat mobil Brio Satya diluncurkan, orang melihat akan terjadi persaingan antara Honda Jazz dan Brio Satya. Ini bisa dimaklumi dengan eksterior dan fungsi yang hampir sama, maka orang akan menyisihkan pertimbangan kemampuan dibandingkan spesifikasinya. Namun pada akhirnya kebutuhan juga yang akan menjadi penentunya.
Di beberapa Negara memang Honda Brio bisa meng-KO Honda Jazz, namun belum tentu dengan Brio Satya. Meskipun memiliki eksterior dan fungsi yang hampir sama, tapi Brio Satya memiliki kelas yang jauh berbeda. Mulai dari segi harga, fitur atau spesifikasi dan mungkin masalah gengsi.
Orang tetap melihat penampilan menjadi nilai diri yang belum tergantikan. Rasa atau gengsi ini yang bisa membunuh ambisi Brio Satya mengalahkan Honda Jazz. Bisa saja terjadi di awal peluncurannya, tapi tidak pada akhirnya.
Memang masih ada stigma mobil murah dengan yang murahan, ini karena memang masalah gengsi. Terutama dengan kelas atau golongan social yang lebih baik, harga bukanlah masalah. Justru akan memilih sesuatu yang lebih mahal dibandingkan yang murahan.
Meskipun bisa juga bila melihat fungsinya, buat apa beli mahal-mahal, bila yang lebih murah juga bisa dipakai dan bisa. Namun ini tidak menutup kemungkinan dari pertimbangan saat membeli Brio Satya dibandingkan dengan Jazz. Factor ini masih bisa saja muncul dan mengemuka.
Tak pelak lagi obyektifitas bisa dikalahkan oleh sebuah penilaian yang sangat pribadi. Semuanya bisa bikin geleng-geleng kepala bila melihat ke masalah “taste” atau selera peminat mobil. Biasanya masalah harga bukan menjadi pertimbangan yang serius, justru kemampuan mobil yang menjadi prioritasnya.
Bisa jadi angka penjualan Honda Jazz tidak selamanya bisa mengalahkan penjualan Brio Satya atau sebaliknya. Soalnya cara melihat perilaku pembeli keduanya memang tidak bisa ditebak. Bisa saja satu dengan lainnya saling tumpang tindih dan memang tidak bisa dikira-kira arahnya.
Namun yang jelas penjualan Honda Jazz untuk beberapa bulan sejak diluncurkannya Brio Satya memang mengalami penurunan. Meskipun pada akhirnya penjualannya juga merangkak naik dan stabil. Orang melihatnya sebagai fenomena fungsi yang sama dengan harga yang berbeda, ketimbang melihat dari sisi kemampuan mobil.
